Sejarah Al jazair


 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan waktu bagi penulis dalam menyusun tugas makalah ini. dan shalawat beserta salam, penulis haturkan kepada Nabi  Muhammad SAW.
Makalah ini ditulis penulis sebagai tugas mata kuliah Sejarah Islam Kawasan Afrika-Andalus. dan tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Sejarah Negara Aljazair.
Tiada Manusia yang Sempurna, begitupun dengan makalah ini. Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang membangun. dan dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                                  Surabaya, 08 Desember 2015

Penyusun










 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Aljazair merupakan salah satu negeri yang terletak di kawasan Afrika Utara dan merupakan salah satu negeri Islam yang penuh konflik. Perjuangan umat Islam di Afrika hingga saat ini masih belum berhenti. Negeri ini juga menjadi contoh bagaimana sistem demokrasi menampakkan kebusukannya. Demokrasi yang diagung-agungkan sebagai sistem terbaik ternyata hanya omong kosong belaka. Negara ini juga merupakan contoh sangat nyata bagaimana rekayasa kekerasan terus berlangsung hingga kini untuk menyudutkan perjuangan umat Islam. Negeri ini juga menjadi saksi bahwa, bagaimana wajah ketakutan bangsa Barat melihat kemenangan perjuangan Islam.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu :
1.      Bagaimana sejarah negara Aljazair ?
2.      Bagaimana kondisi Aljazair sebelum datangnya Islam ?
3.      Bagaimana proses masuknya Islam di Aljazair serta bagaimana perkembangan islam di Aljazair ?
4.      Siapa tokoh pemikir dalam gerakan moderen di Aljazair serta bagaimana bentuk pemikirannya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan makalahnya yaitu :
1.      Dapat memahami sejarah negara Aljazair
2.      Dapat mengetahui kondisi negara Aljazair sebelum datangnya Islam
3.      Dapat mengetahui proses masuknya Islam di Aljazair

BAB II
PEMBAHASAN


Nama resmi negaranya adalah Republik Demokratik Rakyat Aljazair atau dalam bahasa arab disebut Al Jumhuriyyah al Jazairiyah ad Dimuqratiyah ash Sa’biyah. Merupakan sebuah negara pesisir Laut Tengah, Afrika Utara. Dalam bahasa arab disebut Aljazair, karena negara ini merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 4 pulau yang terletak berdekatan dengan ibu kota negara sekaligus pusat pemerintahan yaitu Aljir. Luas negara ini adalah 2.381.741 kilometer persegi dengan menempati posisi terluas ke 10 didunia dan terluas di Afrika dan Mediterania. Bentuk negara ini adalah republik semi-presidensial yang terdiri dari 48 propinsi. Jumlah penduduk di negara ini lebih dari 37 juta jiwa dan menempati posisi ke-34 terbanyak di dunia. Perekonomian negara ini mengandalkan sumber-sumber minyak, perusahaan minyak bernama Sonatrach merupakan perusahaan minyak terbesar di Afrika. Sedangkan dari sektor industri pertanian seperti perusahaan gandum, minyak zaitun, buah-buahan dan hewan ternak.

2.2 Aljair Sebelum Datangnya Islam

Tujuh tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat (639 M), bangsa Arab bergerak menuju Afrika. Dalam dua generasi, Islam telah menyebar di Afrika Utara dan seluruh wilayah Maghribi Tengah. Pada abad berikutnya, konsolidasi jaringan perdagangan muslim yang berkaitan dengan garis keturunan, perniagaan, dan persaudaraan sufi, telah sedemikian kuat di Afrika Barat. Sehingga, pengaruh politik dan kekuasaan kaum muslimin begitu besar.< >

Afrika Utara merupakan pintu gerbang penyebaran Islam ke Eropa. Dari Afrika Utara lalu ke Spanyol yang termasuk benua Eropa. Penyebaran Islam ke Afrika Utara sudah dimulai sejak Khulafaur Rasyidin, yaitu pada masa Umar bin Khattab. Pada tahun 640 M, panglima Amr bin Ash berhasil memasuki Mesir. Kemudian pada khalifah Utsman bin Affan penyebaran Islam meluas ke Barqah dan Tripoli. Tapi penaklukan atas kedua kota tersebut tidak berlangsung lama, karena Gubernur Romawi berhasil merebut kedua kota itu kembali. Karena Gubernur Romawi ini kejam dan memeras rakyat sehingga rakyat (penduduk) meminta bantuan kepada orang-orang islam. Permintaan itu disanggupi oleh Khalifah Utsman bin Affan.

Namun bantuan itu baru terealisasikan pada pemerintahan Bani Umayyah yaitu pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan mempercayakan tugas itu pada panglimanya yang bernama Uqbah ibnu Nafi al Fihri. Dan Uqbah ibn Nafi al Fihri berhasil menekan suku Barbar dan menghalau pasukan Romawi dari daerah tersebut. Mulai sejak itu Afrika Utara dikuasai oleh Bani Umayyah lalu Bani Abbas, Rustamiyah, Idrisiyah, Aglabiyah, Ziridiyah, Hammadiyah, kemudian Murabithun dan Muwahhidun.

Dalam situs resmi kepresidenan negara Aljazair disebutkan, bahwa manusia sudah ada di Aljazair sejak 5000 tahun sebelum masehi. Penduduk itu lebih dikenal dengan sebutan Nomadiy.

Secara historis, Aljazair memiliki sejarah yang cukup panjang. Mengalami pasang surut peradaban. Sejak 40 SM, daerah ini telah diperintah oleh Bangsa Romawi, tahun 429-534 dikuasai oleh Vandals, dan tahun 534-690 di bawak kekuasaan Bizantium (Romawi Timur) yang beragama Nasrani.

Penduduk asli Aljazair adalah dari Amazigh atau Barbar yang sekarang tinggal 17% dari penduduk Aljazair. Nama ini telah digunakan sejak pendudukan Romawi, yaitu sebutan untuk Qabail, Syawiyah, Thawariq, Bani Yaqzan. Mereka semua adalah penduduk asli Aljazair.

2.3  Masuknya Islam Di Aljazair serata perkembangan islam di Aljazair

Islam mayoritas agama negara Aljazair. Melingkupi sebagian besar aspek kehidupan. Islam menyediakan masyarakat dengan identitas pusat sosial dan budaya, serta memberikan sebagian besar individu orientasi etis & sikap dasar

Islam masuk ke negeri ini pada akhir abad ke-7 M, pada masa Khalifah Bani Umayyah sekitar abad 682 M. Diawali dari Tunisia, tentara Islam terus berdakwah & berjihad bergerak ke arah barat. Mereka membebaskan sejumlah bangsa Barbar seperti Aljazair, Maroko, Libya, dan wilayah Magribi dari penjajahan bangsa Romawi, untuk hidup dalam naungan Islam yang damai.

Penduduk Aljaair saat ini mayoritas merupakan keturuna Arab-Barbar. Secara kultural masing-masing mengembangkan tradisi yang berbeda. Selain itu juga terdapat suku Tuareg yang tinggal di Nomaden.

Dalam segi perekonomiannya, Aljazair mempunyai bisnis utama yaitu minyak dan bahan tambang yang memberi kontribusi 30% terhadap pendapatan negara. Walaupun minyak dan bahan tambang menjadi kontribusi utama, tetapi tingkat penyerapan tenaga kerjanya hanya 2%. Sedangkan dalam sektor industri, seperti gandum, minyak zaitun, buah-buahan dan hewan ternak memberi kontribusi pada Negara sekitar 25% dengan penyerapan tenaga kerja 30%.

Bentuk pemerintahnnya adalah Republik, dan ibu kotanya adalah Aljir, bahasa resminya adalah bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya yang beragama Islam berjumlah 99,1% dari seluruh penduduk.

Adapun perkembangan Islam di Aljazair. Dalam sejarahnya, Aljazair beberapa kali mengalami peralihan kekuasaan. Pertama kali Aljazair berada dalam kekuasaan Dinasti Ziyanid dari tahun 1236, selanjutnya di bawah tampuk dinasti Islam Utsmaniyah dari tahun 1516. Setelah itu masuk penjajahan Prancis dari tahun 1830. Setelah dijajah selama 150 tahun lebih. Pada tahun 1954, Front Pembebasan Nasional (FLN) yang didukung penuh rakyat Aljazair melancarkan perang gerilya.

Setelah hampir 1 dekade bergerilya di kota dan desa, dengan berkorban nyawa dan harta benda, akhirnya mereka berhasil memaksa Perancis keluar pada 1962. Oleh karena itu kemudian Aljazair dikenal dengan Negara Milyun Syahid (Sejuta Pahlawan). Aljazair memproklamirkan merdeka sebagai Negara Republik Kesatuan tepatnya pada 5 Juli 1962.

Dalam kurun waktu 1830-1848, Aljazair beralih dari kekuasaan Turki ke kekuasaan penjajah Perancis yang berlangsung secara bertahap. Tahapan tersebut dimulai pada 5 Juli 1830 ketika Perancis datang menaklukkan Bey Husein, Gubernur di propinsi Oran. Meskipun kedatangan Perancis pada awalnya untuk membebaskan para Misinaris Kristen yang ditangkap oleh penguasa Turki. Legitimasi terhadap kolonialisme Perancis ditandai dengan penandatanganan suatu kapit        ulasi yang isi pokonya adalah jaminan terhadap rakyat Aljazair untuk menjalankan agamanya dan penghargaan atas tradisi rakyat Aljazair, terutama untuk tetap mempergunakan bahasa Arab dan Barbar. Sejak awal penentangan terhadap kolonialisme ini, Islam memainkan peranan yang menonjol. Hal ini dapat dilihat dari perjuangan para tokoh Muslim lewat organisasi-organisasi sosial menentang Perancis.

Perjuangan umat Islam yang terpatri pada sejarah dan merupakan komponen utama permulaan gerakan Nasionalisme Aljazair adalah gerakan kaum al-Ulama al-Muslimin. Asosiasi ini didirikan pada bulan Mei 1931 atas inisiatif sejumlah ulama Aljazair yang banyak dipengaruhi oleh gerkan Muhammad Abduh dan Rasyid Rida di Mesir. Mereka menyebarkan keyakinan bahwa depotisme dari dalam dan penjajahan asing dari luar adalah dua penyakit utama yang diderita umat Islam. Syarat utama kebangkitan Islam adalah melenyapkan praktik bid’ah dan menggalang persatuan dikalangan umat Islam. Sebagai hasil usaha yang mengantarkan Aljazair mencapai kemerdekaannya, Ben Kedis selalu melontarkan slogannya yang amat populer, yaitu: “Aljazair negara kita, Arab bahasa kita, dan Islam agama kita”.

Bersamaan dengan kemunduran dunia Islam, penjajah Prancis masuk ke wilayah ini. Genderang jihad pun diserukan untuk mengusir penjajah. Perlawanan demi perlawanan terus berlanjut sampai kemudian Perancis harus mengakui kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962. Namun, seperti pada negari-negeri Islam lain, kemerdekaan ini menjadi semu, karena kemudian yang berkuasa di Aljazair adalah agen-agen Perancis sendiri. Aljazair kemudian menjadi negara sekuler dengan sistem republik yang dipimpin oleh boneka dan kader-kader binaan Perancis.

Dengan menjadi negara sekuler, Aljazair menjadi negara yang sangat bergantumg pada Prancis. Terjerat dalam sistem sekuler yang hanya menguntungkan negara asing dan para penguasa sekuler. Kondisi menyedihkan akibat sistem sekuler ini mendorong munculnya gerakan-gerakan Islam yang menyerukan kembali ke jalan Islam. Sistem sekuler dianggap telah gagal dan jalan yang menyelamatkan hanyalah Islam “Islam adalah solusi”. Demikian opini ini dibangun oleh gerakan-gerakan Islam Aljazair.

Semenjak tahun 1980, Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam. Hal itu ditandai dengan adanya :
1.      Semangat kehiduan beragamanya meningkat
2.      Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menjadikan penduduk menganut minoritas mitos industrialisasi sebagai satu-satunya kekuatan

Berdasarkan kongres partai tunggal di Aljazair, yakni The National Liberation Front (Front Pembebasan Nasional) pada tanggal 27-31 Januari 1979, maka diadakan kegiatan sebagai berikut :
1.      Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah utara Al-Jir
2.      Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran
3.      Mendirikan pusat perdagangan Ultra Modern di Oran
4.      Membangun pusat perdagangan serta kebudayaan Riyad Al-Feth yang bergaya Barat dan kontroversial di Al-Jir
5.      Pembangunan Masjid-masjid

Di Aljazair terdapat Kementerian Agama (Wizarah As-Syu’un Al-Diniyah), yang tugas utamanya mengembangkan studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan seminar tentang pemikiran Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978), dan ketiga di Al-Jir (1980).

2.4   Tokoh pemikir dalam gerakan moderen di Aljazair serta bentuk pemikirannya
Dapat kita ketahui bahwasanya Aljazair jatuh di bawah kekuasaan Perancis pada tahun 1830. Langkah yang diambil dalam rangka penjajahannya adalah merubah negeri arab muslim ini menjadi bagian wilayah Perancis. Strategi yang diterapkan berupa memecah belah dan mengadu domba rakyat Aljazair yang secara garis besar terbagi menjadi dua yakni ; bangsa Arab dan Barbar. Penduduk Barbar memang yang mula-mula dikenal sebagai penduduk Aljazair. Suku ini telah memiliki bahasa dan adat istiadat tersendiri. Adapun para muslim Arab  pada akhir abad ke-7 datang belakangan secara damai, dan banyak warga yang dengan sukarela memeluk agama islam. Kedua komunitas ini hidup berdampingan tanpa ada masalah yang menyebabkan perseteruan diantara keduanya. Namun setelah pendudukan Perancis mereka dipecah belah, dengan mengembangkan wacana bahwa Barbar adalah etnis Perancis yang menjadi bagiannya pada masa purbakala, sedangkan golongan Arab adalah penganut ajaran islam dalam ahwalus syakhsyiah. Meskipun demikian, tidak ada yang tahu secara pasti dari kalangan para ahli, dari manakah sebenarnya suku Barbar berasal.
Akibat dari pendudukan Perancis muncul berbagai macam perlawanan rakyat Aljazair terutama dari kalangan muslim. Kekuatan dan kegigihan perjuangan bangsa Aljazair ini berasal dari konsep nasionalisme keagamaan. Usaha Perancis berupa aneksasi secara esensial menyingkirkan sistem pemerintahan dan administrasi tradisional Aljazair dan merusak integritas bahasa, budaya dan agama masyarakat. Perlawanan secara militer dilakukan oleh Amin Abdul Qadir meskipun kandas ditengah jalan. Setelah itu muncullah para pemimpin tarekat dan ulama seperti Bu Zian (1849), Sidhi Saduq (1858), Bu Khitasyi (1860), Syekh Musthafa Azzuz (1866), Al-Muqrani (1870) dan Amzian (1879)

Dalam rangka meredam pemberontakan ini maka Perancis berusaha mengisolasi penduduk muslim serta menyingkirkan elite agama dan suku. Namun usaha ini tetap saja tidak dapat menghentikan semangat perlawanan terhadap Rezim kolonial. Usaha Perancis memanfaatkan para marabout menimbulkan efek samping yang begitu berat. Timbul pendiskreditan terhadap para marabout dan menimbulkan peluang bagi kelompok salafiyah untuk muncul sebagai wakil islam. Disamping itu pendidikan modern berpengaruh positif pada regenerasi kepemimpinan muslim.
Para generasi muslim baru tersebut banyak yang menduduki jabatan birokrasi, fraksi dan tentara. Sejak tahun 1920-an mereka menuntut persamaan hak dan perbaikan nasib rakyat. Dalam kondisi inilah muncul gerakan pembaharuan islam salafiyah di bawah payung jam’iyyah al-‘ulama al-muslimin al-jazariyyah yang dipimpin oleh Abdul Hamid bin Badis (1889-1940) yang secara resmi didirikan pada tahun 1931.
Organisasi ini dalam menggalang pendukungnya dengan memanfaatkan perubahan sosial-keagamaan sebagai akibat semakin tingginya urbanisasi, meningkatnya jumlah kaum terpelajar dan sekaligus menurunnya wibawa para marabaout. Organisasi ini mencurigai usaha Perancis yang berinisiatif perbaikan sebagai taktis asimilasi. Untuk menepis dampak asimilasi ini maka mereka berusaha menerbitkan berbagai majalah untuk menyebarkan gerakan pembaharuannya. Salafiyah di Aljazair berjasa membina sarana pendidikan, penggunaan bahasa Arab, perbaikan sosial-ekonomi, dan identitas nasional hingga akhirnya tercapai kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962.
Suatu  hal yang menarik dari berbagai usaha kemerdekaan Aljazair adalah tentang gerakan salafiyyah Ibnu Badis yang mengembangkan ide-idenya melalui media tafsir Al-Qur’an, sehingga muncullah identitas negara sebagai salah satu unsur nasionalisme. Ibnu Badis dengan asosiasinya telah berhasil menggabungkan reformasi islam dan nasionalisme. Nasionalisme Aljazair ini dapat bertahan kuat berkat jasa para ulama dan tokoh-tokoh yang memberi legitimasi dan menggerakkan dukungan dengan bergabung bersama pemimpin islam tradisional dalam rangka penyebaran nasionalisme tersebut. Nasionalisme ini bercorak Arab Islami. Hal ini sangat mudah diterima oleh masyarakat karena Arab dan Islam telah mengakar pada diri mereka.
Dalam rangka penyebaran ide-idenya, yang muaranya adalah pergerakan islam menuju  kemerdekaan Aljazair, Ibnu Badis menggunakan berbagai macam usaha, terutama dengan menggunakan metodologi tafsirnya. Peneliti bermaksud mengungkap metodologi yang diaplikasikannya. Hal ini menjadi menarik ketika dikaitkan dengan keberhasilannya menggiring pemikiran muslim di Aljazair menuju perubahan yang lebih baik. Sampai-sampai Mushalli Hajji yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme, mula-mula ia berorientasi sosialisme-populis, bergabung dengan gerakan islami Ibnu Badis. Dengan hal ini maka terjadilah pergumulan pemikiran antara nasionalisme yang berorientasi pada sosialisme-populis dengan gerakan salafiyyah reformis. Tentunya ini akan muncul dialektika yang saling take and give dari kedua belah pihak.
Secara garis besar berkenaan dengan arah gerakan islam, tampaknya perlu dilingat bahwa sumber ajaran muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam pengertian lain, islam adalah satu. Akan tetapi masing-masing gerakan di berbagai belahan dunia islam terdapat berbagai kecenderungan, sehingga muncul banyak aliran pemikiran. Meskipun Ibnu Badis berlatar belakang  penganut madzhab Maliki, namun ia berusaha keluar dari batas-batas madzhab guna memurnikan ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits tanpa perantara, meskipun tidak menafikan pendapat-pendapat dari para ulama sebelumnya. Ia berusaha menggabungkan diri dengan kaum salaf yakni generasi muslim awal.
Aliran gerakan Ibnu Badis ini dapat dikategorikan sebagai Reformisme salafi. Pemikiran ini muncul sebagai pengaruh para pemikir reformis di akhir abad ke-19 dan pada pertama abad ke-20. Para tokoh aliran ini memiliki karakter yang dinamis ketika berhubungan dengan sumber-sumber agama, kehendak yang konsisten untuk menggunakan naluri dalam mengkaji teks, demi memperhitungkan tantangan-tantangan zaman dan perkembangan sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat. Pemikiran ini bertekad melindungi identitas muslim dan mengamalkan ibadah, mengakui kerangka konstitusi luar, serta selalu terlibat pada tingkat sosial sebagai warga negara tempat tinggal.
Jika kita berbicara tentang identitas, maka dalam kaitannya dengan sebuah negara, perlu dikaitkan dengan nasionalisme. Pada pertengahan abad ke-19, ketika islam mulai mengadakan hubungan dengan bangsa barat, ketegangan antara nasionalisme dengan islam telah ada seperti digambarkan oleh ketegangan antara Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme di dunia Arab. Bagaimanapun juga banyak orang Arab yang berusaha menyelesaikan problem ini dengan menyamakan Arabisme dengan Islam, dan dengan membuat kebangkitan islam bergantung pada kebangkitan kembali apa yang disebut sebagai bangsa Arab.

Secara umum dipandang bahwa nasionalisme dan islam pada dasarnya tidak sejalan. Akan tetapi sebelum menerima atau menolak penegasan ini, perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan nasionalisme. Apabila yang dimaksud nasionalisme adalah rasa cinta tanah air (patriotisme) maka islam tidak menolak pandangan ini (ada sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Cinta tanah air adalah bagian dari kesempurnaan iman”). Imam Khomeini menyebutkan pula bahwa nasionalisme adalah rasa cinta tanah air dan rakyatnya serta melindungi batasan-batasannya. Akan tetapi jika nasionalisme didefinisikan sebagai sebuah ideologi yang didasarkan pada penegasan atas keterpisahan suatu bangsa atau bahkan superioritas atas bangsa lain dan menjadikan bangsa itu sebagai satu-satunya sumber legitimasi atau fokus kesetiaan, maka pengertian ini ditolak oleh kalangan revivalis. Kalangan militan, yang diwakili oleh Khomeini, meyakini bahwa nasionalisme ini merupakan tipu muslihat yang dibuat oleh pihak asing untuk memecah-belah islam.
Suatu hal yang menarik pada pemikiran Ibnu Badis dalam tafsirnya adalah pemikiran tafsir corak yang memadukan antara konsep Islam dengan kenyataan yang ada ketika itu, guna merespon penjajahan Perancis. Tema pemikiran ini tentunya tidak terlepas dari pemikirannya tentang Nasionalisme, entah Arab ataukah Islam, karena keduanya tampak mewarnai dalam arah pemikiran dan pergerakannya. Dialektika antara Arab-Islam sangat efektif ketika itu, sehingga diakui banyak kalangan nasionalisme, Ibnu Badislah yang telah berhasil membebaskan bumi Aljazair dari Perancis.










BAB III

         PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Nama resmi negaranya adalah Republik Demokratik Rakyat Aljazair atau dalam bahasa arab disebut Al Jumhuriyyah al Jazairiyah ad Dimuqratiyah ash Sa’biyah. Merupakan sebuah negara pesisir Laut Tengah, Afrika Utara. Dalam bahasa arab disebut Aljazair, karena negara ini merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 4 pulau yang terletak berdekatan dengan ibukota negara sekaligus pusat pemerintahan yaitu Aljir. Luas negara ini adalah 2.381.741 kilometer persegi dengan menempati posisi terluas ke 10 didunia dan terluas di Afrika dan Mediterania. Bentuk negara ini adalah republik semi-presidensial yang terdiri dari 48 propinsi. Jumlah penduduk di negara ini lebih dari 37 juta jiwa dan menempati posisi ke-34 terbanyak di dunia. Perekonomian negara ini mengandalkan sumber-sumber minyak, perusahaan minyak bernama Sonatrach merupakan perusahaan minyak terbesar di Afrika. Sedangkan dari sektor industri pertanian seperti perusahaan gandum, minyak zaitun, buah-buahan dan hewan ternak.

Secara historis, Aljazair memiliki sejarah yang cukup panjang. Mengalami pasang surut peradaban. Sejak 40 SM, daerah ini telah diperintah oleh Bangsa Romawi, tahun 429-534 dikuasai oleh Vandals, dan tahun 534-690 di bawak kekuasaan Bizantium (Romawi Timur) yang beragama Nasrani. Penduduk asli Aljazair adalah dari Amazigh atau Barbar yang sekarang tinggal 17% dari penduduk Aljazair. Nama ini telah digunakan sejak pendudukan Romawi, yaitu sebutan untuk Qabail, Syawiyah, Thawariq, Bani Yaqzan. Mereka semua adalah penduduk asli Aljazair.

Islam masuk ke negeri ini pada akhir abad ke-7 M, pada masa Khalifah Bani Umayyah sekitar abad 682 M. Diawali dari Tunisia, tentara Islam terus berdakwah & berjihad bergerak ke arah Barat. Mereka membebaskan sejumlah bangsa Barbar seperti Aljazair, Maroko, Libya, dan wilayah Magribi dari penjajahan bangsa Romawi, untuk hidup dalam naungan Islam yang damai.

Banyaknya tokoh islam yang berperan dalam proses lancarnya kemerdekaan Aljazair. Serta membangun pemikir-pemikir moderen yang sangat berpengaruh dalam masa kontemporer ini.

























         DAFTAR PUSTAKA

 Amin Ahmad. 1991. Islam dari Masa ke Masa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulia, TSG. 1952. India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Dhofier Zamakhsyari dan Wahid Abdurrahman. 1987. Penafsiran Kembali Ajaran Agama, dalam Prisma, No. 03. Jakarta: LP3ES.

Terjemahan Tafsir Ibn Badis.

Komentar

  1. Aljazair merdeka dari Perancis setelah perjuangan yang panjang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bolehkah saya minta buku-buku yang mengupas tentang Al-jazair? atau referensi lain tentang merdekanya Al-jazair?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer